Kopi
Diambil dari http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/kopi/item186?
Kopi adalah jenis minuman yang
penting bagi sebagian besar masyarakat di seluruh dunia. Bukan hanya
karena kenikmatan konsumen peminum kopi namun juga karena nilai ekonomis
bagi negara-negara yang memproduksi dan mengekspor biji kopi (seperti
Indonesia). Bagi beberapa orang produk ini, dibuat dari biji tanaman
kopi yang dipanggang (tanaman berbunga dari famili Rubiaceae), disebut
sebagai “komoditi kedua yang paling banyak diperdagangkan secara legal”
dalam sejarah manusia.
Kopi yang dijual di dunia biasanya
adalah kombinasi dari biji yang dipanggang dari dua varietas pohon kopi:
arabika dan robusta. Perbedaan di antara kedua varietas ini terutama
terletak pada rasa dan tingkat kafeinnya. Biji arabika, lebih mahal di
pasar dunia, memiliki rasa yang lebih mild dan memiliki kandungan kafein 70% lebih rendah dibandingkan dengan biji robusta.
Wilayah subtropis dan tropis merupakan
lokasi yang baik untuk budidaya kopi. Oleh karena itu, negara-negara
yang mendominasi produksi kopi dunia berada di wilayah Amerika Selatan,
Afrika, dan Asia Tenggara.
Kopi adalah komoditi yang diperdagangkan
di bursa-bursa komoditi dan futures, yang paling penting di London dan
New York. Di bawah ini, terdapat dua tabel yang mengindikasikan lima
negara produsen kopi utama dunia dan lima negara eksportir kopi utama
dunia.
1. Brasil | 45,342,000 |
2. Vietnam | 27,500,000 |
3. Kolombia | 12,500,000 |
4. Indonesia | 9,350,000 |
5. Etiopia | 6,625,000 |
Top 5 Negara Eksportir Kopi Terbesar di Dunia pada Tahun 2014:
1. Brasil | 36,420,000 |
2. Vietnam | 25,298,000 |
3. Kolombia | 10,954,000 |
4. Indonesia | 5,977,000 |
5. India | 5,131,000 |
Sumber: International Coffee Organization
Kopi di Indonesia
Produksi Domestik, Ekspor dan Konsumsi Kopi Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara
produsen dan eksportir kopi paling besar di dunia. Kebanyakan hasil
produksinya adalah varietas robusta yang berkualitas lebih rendah.
Indonesia juga terkenal karena memiliki sejumlah kopi khusus seperti
'kopi luwak' (dikenal sebagai kopi yang paling mahal di dunia) dan 'kopi
Mandailing' (lihat di bawah). Berkaitan dengan komoditi-komoditi
agrikultur, kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk
Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.
Kopi diperkenalkan di Nusantara oleh Belanda
yang pada awalnya menanam pohon-pohon kopi di sekitar wilayah kekuasaan
mereka di Batavia namun kemudian dengan cepat mengekspansi produksi
kopi ke wilayah Bogor dan Sukabumi di Jawa Barat di abad ke-17 dan abad
ke-18. Indonesia terbukti memiliki iklim yang hampir ideal untuk
produksi kopi dan karenanya perkebunan-perkebunan segera didirikan di
wilayah-wilayah lain di Jawa, Sumatra dan juga di Sulawesi.
Pada saat ini, perkebunan kopi Indonesia
mencakup total wilayah kira-kira 1,24 juta hektar, 933 hektar
perkebunan robusta dan 307 hektar perkebunan arabika. Lebih dari 90%
dari total perkebunan dibudidayakan oleh para petani skala kecil.
Seperti yang telah disebutkan di atas dan mirip dengan raksasa kopi
regional Vietnam, sebagian besar hasil produksi biji kopi Indonesia
adalah varietas robusta yang berkualitas lebih rendah. Biji arabika yang
berkualitas lebih tinggi kebanyakan diproduksi oleh negara-negara
Amerika Selatan seperti Brazil, Kolombia, El Salvador dan Kosta Rika.
Oleh karena itu, sebagian besar ekspor kopi Indonesia (kira-kira 80%)
terdiri dari biji robusta. Ekspor kopi olahan hanyalah bagian kecil dari
total ekspor kopi Indonesia.
Provinsi-provinsi yang berkontribusi paling besar untuk produksi kopi Indonesia adalah:
Robusta | Arabika |
1. Bengkulu (Sumatra) | a. Aceh (Sumatra) |
2. Sulawesi Selatan | b. Sumatra Utara |
3. Lampung (Sumatra) |

Dimulai dari tahun 1960an, Indonesia
telah menunjukkan peningkatan yang kecil namun stabil dalam produksi
kopi dunia. Kendati begitu, menurut data dari Badan Pusat Statistik
(BPS), luas perkebunan-perkebunan kopi di Indonesia menurun karena para
petani telah mengubah fokus produksi mereka kepada minyak sawit (seperti minyak sawit mentah dan minyak inti kelapa sawit), karet dan kakao
yang semuanya memberikan pendapatan yang lebih tinggi di pasar
internasional. Oleh karena itu, perkebunan-perkebunan kopi - atau
sebagian dari perkebunan tersebut - telah ditransformasi menjadi
perkebunan komoditi-komoditi lain.
Pada tahun 2012, kira-kira 70% dari
total produksi tahunan biji kopi Indonesia diekspor, terutama kepada
para pelanggan di Jepang, Afrika Selatan, Eropa Barat, dan Amerika
Serikat. Meskipun begitu, karena konsumsi domestik kopi Indonesia telah
bertumbuh, jumlah ekspor telah menurun. Konsumsi kopi di Indonesia
meningkat dengan compound annual growth rate (CAGR) 7,7% di tahun 2011-2014. Tetap saja, pada 1,0 kilogram (data 2014), konsumsi per kapita kopi tetap rendah di Indonesia.
2008 | 2009 | 2010 | 2011 | 2012 | 2013 | 2014 | 2015 | 2016¹ | |
Produksi (dalam ton) |
698,016 | 682,690 | 686,921 | 633,991 | 748,109 | 740,000 | 711,513 | 550,000 | 650,000 |
Ekspor (dalam ton) |
491,335 | 518,122 | 440,241 | 353,698 | 520,275 | 460,000 | 382,774 | 350,000 | 400,000 |
Ekspor(dalam milliar dollar AS) |
1.08 | 0.89 | 0.86 | 1.09 | 1.53 | n.a. | 1.03 | 1.19 | 1.36 |
Sumber: Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI)
Konsumsi Domestik Kopi di Indonesia:
2011 | 2012 | 2013 | 2014 | |
Konsumpsi Nasional (dalam bungkus 60 kilogram) |
3,333,000 | 3,584,000 | 4,042,000 | 4,167,000 |
Kopi-Kopi Spesial Indonesia
Selain memproduksi kopi biasa, Indonesia
juga memproduksi beberapa kopi spesial. Yang paling terkenal di antara
kopi-kopi spesial ini adalah kopi luwak, kopi Toraja, kopi Aceh dan kopi
Mandailing. Kopi jenis pertama - kopi luwak - mungking merupakan jenis
kopi paling terkenal karena dikenal sebagai kopi termahal di dunia. Kopi
ini diekstrasi dari biji kopi yang telah melalui sistem pencernaan
musang luwak Asia (hewan yang mirip kucing). Karena proses fermentasi
khusus di dalam perut hewan tersebut (dan juga karena fakta luwak bisa
memilih buah kopi yang paling juicy) kopi ini dipercaya
memiliki rasa yang lebih kaya. Proses produksinya yang memerlukan banyak
tenaga kerja dan kelangkaannya di pasar internasional menyebabkan
harganya menjadi mahal.

Prospek Masa Depan Kopi Indonesia
Menurut data dari Asosiasi Eksportir
Kopi Indonesia (AEKI), para petani Indonesia bersama dengan
kementerian-kementerian terkait berencana untuk memperluas
perkebunan-perkebunan kopi Indonesia, sambil meremajakan
perkebunan-perkebunan lama melalui program intensifikasi. Dengan
meningkatkan luas perkebunan, produksi kopi Indonesia dalam 10 tahun ke
depan ditargetkan untuk mencapai antara 900 ribu ton sampai 1,2 juta ton
per tahun.
Disebabkan oleh meningkatnya permintaan
global dan domestik, dibutuhkan investasi di sektor kopi negara ini.
Selain meningkatkan kuantitas biji kopi, kualitas juga diprediksi akan
meningkat karena inovasi-inovasi teknologi. Kendati begitu, produksi
kopi per hektar Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara
utama penghasil kopi lainnya. Di 2015, Indonesia memproduksi 741
kilogram biji robusta per hektar dan 808 kilogram biji arabika per
hektar. Di Vietnam, angka ini mencapai 1.500 kilogram per hektar di di
Brazil mencapai 2.000 kilogram per hektar.
cafe di garut | daerah penghasil kopi diindonesia | daerah penghasil kopi di jawa barat | daftar cafe di garut | harga kopi java preanger | java preanger coffee | jenis kopi jawa barat | jual kopi arabika garut | jual kopi java preanger | karakter kopi java preanger | kedai kopi di garut | kopi arabika java preanger | kopi arabika jawa barat | kopi garut | kopi java preanger | kopi khas jawa barat | kopi lokal garut | kopi papandayan | kopi preanger garut | kuliner garut 2017 | kuliner | garut instagram | kuliner garut malam | Kuliner garut yang enak | lokasi perkebunan kopi di jawa barat | perkebunan kopi garut | perkebunan kopi jawa barat | rasa kopi preanger | tempat makan enak murah di garut | tempat ngopi di garut | tempat ngopi garut | tempat nongkrong anak muda di garut | tempat nongkrong di garut | tempat wisata kuliner di garut | warung kopi di garut
0 komentar:
Posting Komentar